Teori Berguru Kognitif

TEORI BELAJAR KOGNITIF

TEORI BELAJAR KOGNITIF
A. Belajar berdasarkan Teori Kognitif 
Berbeda dengan teori behavioristik, teori berguru kognitif lebih mementingkan proses berguru dari pada hasil belajarnya. Teori ini menyampaikan bahwa berguru tidak sekedar melibatkan korelasi antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laris seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya perihal situasi yang berafiliasi dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berafiliasi dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa berguru merupakan suatu proses internal yang meliputi ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan acara yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.


Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan  proses berpikir yang sangat kompleks. Proses Belajar terjadi antara lain meliputi pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya  dengan  struktur  Kognitif  yang  sudah  dimiliki  dan  terbentuk  di dalam  pikiran  seseorang  berdasarkan  pemahaman  dan  pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
1.     Lebih mementingkan proses berguru daripada hasil
2.     DIsebut model perseptual
3.     Tingkah laris seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya perihal situasi yang berafiliasi dengan tujuan belajarnya
4.     Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu sanggup terlihat sebagai tingkah laris yang nampak
5.     Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran  menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.
6.     Belajar merupakan suatu proses internal yang meliputi ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
7.     Belajar merupakan  aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
8.     Dalam praktek pembelajaran  teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan(J. Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki berguru (Gagne), Webteaching (Norman)
9.     Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan
10.  Materi pelajaran disusun dengan  pola dari sederhana  ke kompleks
11.  Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, lantaran sangat menghipnotis keberhasilan siswa belajar.

B. Beberapa pandangan perihal teori kognitif (Tokoh Teori berguru kognitif)

1. Teori perkembangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pencetus aliran konstruktivisme. Salah satu proteksi pemikirannya yang banyak digunakan sebagai acuan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori perihal tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang sanggup didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses berguru akan terjadi kalau mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi).


Collin, dkk (2012) menggambarkan pemikiran Piaget sebagai berikut:

 lebih mementingkan proses berguru dari pada hasil belajarnya TEORI BELAJAR KOGNITIF

Bagaimana  seseorang  memperoleh  kecakapan  intelektual,  pada  umumnya akan berafiliasi dengan   proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan  dan  mereka  ketahui  pada  satu  sisi  dengan  apa  yang  mereka  lihat  suatu fenomena gres sebagai pengalaman atau persoalan. Bila seseorang dalam kondisi kini sanggup mengatasi situasi baru, keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus melaksanakan pembiasaan dengan lingkungannya.

Proses  adaptasi  mempunyai  dua  bentuk  dan  terjadi  secara  simultan,  yaitu asimilasi  dan  akomodasi.  Asimilasi  adalah  proses  perubahan  apa  yang  dipahami sesuai  dengan  struktur  Kognitif  yang  ada  sekarang,  sementara  akomodasi  yaitu proses  perubahan  struktur  kog nitif  sehingga  dapat  dipahami.  Dengan  kata  lain, apabila  individu  menerima  informasi  atau  pengalaman  baru  maka  informasi tersebut  akan  dimodifikasi  sehingga  cocok  dengan  struktur  Kognitif  yang  telah dipunyainya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur Kognitif yang sudah  dimilikinya  yang  harus  disesuaikan  dengan  informasi  yang  diterima, maka hal ini disebut akomodasi.  

Asimilasi dan fasilitas akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik Kognitif atau suatu ketidak seimbangan antara ap a yang telah diketahui dengan apa yang  dilihat  atau  dialaminya  sekarang.  Proses  ini  akan  mempengaruhi  strutur Kognitif.  Menurut  Piaget,  proses  Belajar  akan  terjadi  jika  mengikuti  tahap-tahap asimilasi,  akomodasi,  dan  ekuilibrasi  (penyeimbangan).  Proses  asi milasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi gres ke dalam struktur Kognitif  yang  telah  dimiliki  oleh  individu.  Proses  akomodasi  merupakan  proses penyesuaian  struktur  Kognitif  ke  dalam  situasi  yang  baru.  Sedangkan  proses ekuilibrasi ada lah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai  contoh,  seorang  anak  sudah  memahami  prinsip  pengurangan.  Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah  yang  disebut  proses  asimilasi.  Jika  anak  tersebut  diberikan  soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah sanggup mengaplikasikan atau menggunakan prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang gres dan spesifik. 

Agar seseorang sanggup terus membuatkan dan menambah pengetahuannya sekaligus  menjaga  stabilitas  mental  dalam  dirinya,  maka  diperlukan  proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar  dengan  struktur  Kognitif  yang  ada  dalam  dirinya.  Proses  inilah  yang  disebut ekuilibrasi.  Tanpa  proses  ekuilibrasi,  perkembangan  Kognitif  seseorang  akan mengalami  gangguan  dan    tidak  teratur (disorganized).  Hal  ini  misalnya  tampak pada caranya berbicar a yang tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus, tidak logis, dan  sebagainya.  Adaptasi  akan  terjadi  jika  telah  terdapat  keseimbangan  di  dalam struktur Kognitif

Sebagaimana  dijelaskan  di  atas,  proses  asimilasi  dan  fasilitas menghipnotis struktur Kognitif. Perubahan struktur Kognitif merupakan fungsi dari pengalaman,  dan  kedewasaan  anak  terjadi  melalui  tahap-tahap  perkembangan tertentu. Menurut Piaget, proses Belajar seseorang akan  mengikuti pola dan tahap -tahap  perkembangan  sesuai  dengan  umurnya.  Pola  dan  tahap-tahap  ini  bersifat hirarkhis,  artinya  harus  dilalui  berdasarkan  urutan  tertentu  dan  seseorang  tidak sanggup Belajar sesuatu yang berada di luar tahap Kognitifnya. Piaget membagi tahap -tahap perkembangan Kognitif ini menjadi empat yaitu;  

a.   Tahap sensorimotor  (umur 0 - 2 tahun) 
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang  sederhana.  Ciri  pokok  perkembangannya  berdasarkan  tindakan,  dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
1)   Melihat  dirinya  sendiri  sebagai  mahkluk  yang  berbeda  dengan  obyek  di sekitarnya.
2)   Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
3)   Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.  
4)   Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
5)   Memperhatikan  obyek  sebagai  hal  yang  tetap,  lalu  ingin  merubah tempatnya.  

b.   Tahap preoperasional (umur 2- 7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini yaitu pada penggunaan symbol atau bahasa  tanda,  dan  mulai  berkembangnya  konsep-konsep  intuitif.  Tahap  ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. 
Preoperasional  (umur  2- 4  tahun),   anak  telah  mampu  menggunakan  bahasa dalam  mengembangkan  konsepnya,  walaupun  masih  sangat  sederhana.  Maka sering  terjadi    kesalahan  dalam  memahami  obyek.  Karakteri stik  tahap  ini adalah: 
1)   Self counter   nya sangat menonjol.  
2)  Dapat  mengklasifikasikan  obyek  pada  tingkat  dasar  secara  tunggal  dan mencolok. 
3)   Tidak bisa memusatkan perhatian pada obyek -obyek yang berbeda.  
4)  Mampu mengumpulkan barang-barang berdasarkan kriteria, te rmasuk kriteria yang benar.  
5)  Dapat  menyusun  benda-benda  secara  berderet,  tetapi  tidak  sanggup menjelaskan perbedaan antara deretan. 
Tahap  intuitif  (umur  4- 7  atau  8  tahun),  anak  telah  dapat  memperoleh pengetahuan  berdasarkan  pada  kesan  yang  agak  abstraks.  Dalam  menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh lantaran itu, pada usia ini  anak  telah  dapat  mengungkapkan  isi  hatinya  secara  simbolik  terutama  bagi mereka yang mempunyai pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah:
1) Anak  dapat  membentuk  kelas-kelas  atau  kategori  obyek,  tetapi  kurang disadarinya. 
2) Anak mulai mengetahui korelasi secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks. 
3)   Anak sanggup melaksanakan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4)  Anak  mampu  memperoleh  prinsip -prinsip  secara  benar.  Dia  mengerti terhadap sejumlah obyek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah obyek adalah  tetap  sama  meskipun   obyek  itu  dikelompokkan  dengan  cara  yang berbeda.  

c.     Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8- 11 atau 12 tahun) 
Ciri  pokok  perkembangan  pada  tahap  ini  adalah  anak  sudah  mulai menggunakan  aturan-aturan  yang  jelas  dan  logis,  dan  ditandai  adanya reversible dan kekekalan. Anak telah mempunyai kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda -benda yang bersifat ko nkrit. Operation yaitu suatu tipe  tindakan  untuk  memanipulasi  obyek  atau  gambaran  yang  ada  di  dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba -coba  dan  membuat  kesalahan,  karena  anak  sudah  dapat  berpikir  dengan menggunakan  model  “kemungkinan”  dalam  melakukan  kegiatan  tertentu.  Ia dapat  menggunakan  hasil  yang  telah  dicapai  sebelumnya.  Anak  bisa menangani sistem klasifikasi. 

Namun  sungguhpun  anak telah  dapat  melakukan  pengklasifikasian, pengelompokan  dan  pengaturan  masalah  ( ordering  problems )  ia  tidak sepenuhnya  menyadari  adanya  prinsip -prinsip  yang  terkandung  di  alamnya. Namun  taraf  berpikirnya  sudah  dapat  dikatakan  maju.  Anak  sudah  tidak memusatkan  diri  pada  karakteristik  perseptual  pasif.  Untuk  menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi citra konkrit, sehingga ia bisa menelaah  persoalan.  Sungguhpun  demikian  anak  usia  7-12  tahun  masih mempunyai kasus mengenai berpikir abstrak. 

Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, yaitu sebagai berikut:
1.     Perkembangan kognitif merupakan suatu proses gentik. Yaitu suatu perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf
2.     Semakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan syarafnya dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya pikir anak yangb berbeda usia akan berbeda secara kualitatif
3.     Proses pembiasaan mmepunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu akomidasi dan asimilasi
4.     Asimilasi yaitu proses perubahan apa yang di pahami seseuai denganstruktur kognitif. (apabila individu mendapatkan infomasi atau pengalaman gres maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan  struktur kognitif yang dipunyai)
5.     Akomodasi yaitu proses perubahan struktur kognitif sehingga sanggup dipahami (apabila struktur kognitif yang sudah dimiliki harus diubahsuaikan dengan informasi yang diterima).
6.     Proses berguru akan terjadi kalau mengikuti tahap-tahap asimilasi, fasilitas dan ekuilibrasi (penyeimbangan)
7.     Asimilasi (proses penyatuan informasi gres ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi)
8.     Seorang anak sudah mempunyai prinsip pengurangan, dikala mempelajri pembagianmaka terjadi prses intrgtasi antara pengurangan  (telah dikuasai)dan pembagian (info baru) inilah asimilasi.
9.     Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya anak sudah sanggup mengaplikasikan  atau menggunakan prinsip pembagian dalam situasi baru
10.  Proses penyesuaian antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya disebut ekuilibrasi
11.  Proses berguru akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya
12.  Tahap sensorimotor (0-2 thn), preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-11 thn), operasional formal (12-18 thn)
13.  Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal asimilasi dan fasilitas pengatahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran yaitu :
1.     Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh lantaran itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.     Anak-anak akan berguru lebih baik apabila sanggup menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak supaya sanggup berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.     Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan gres tetapi tidak asing.
4.     Berikan peluang supaya anak berguru sesuai tahap perkembangannya.
5.     Di dalam kelas, belum dewasa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

2. Teori berguru berdasarkan Bruner
Jerome Bruner yaitu seorang pengikut setia Teori Kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi Kognitif.  Ia menandai perkembangan Kognitif insan sebagai berikut:
a. Perkembangan  intelektual  ditandai  dengan  adanya  kemajuan  dalam menanggapi suatu rangsangan. 
b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis.
c. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri  sendiri  atau  pada  orang  lain  melalui  kata -kata  atau  lambang  tentang  apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berafiliasi dengan kepercayaan pada diri sendiri.  
d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang bau tanah dengan anak diharapkan bagi perkembangan Kognitifnya.  
e.  Bahasa  adalah  kunci  perkemba ngan  Kognitif,  karena  bahasa  merupakan  alat komunikasi  antara  manusia.  Untuk  memahami  konsep -konsep  yang  ada diharapkan bahasa. Bahasa diharapkan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.  
f.  Perkembangan  Kognitif  ditandai  dengan  kecakapan  untuk   mengemukakan beberapa  alternatif  secara  simultan,  memilih  tindakan  yang  tepat,  sanggup menawarkan prioritas yang berurutan dalam banyak sekali situasi. 

Dalam  memandang  proses  Belajar,  Bruner  menekankan  adanya  imbas kebudayaan  terhadap  tingkah  laku  seseorang.   Dengan  Teorinya  yang  disebut free discovery learning,  ia menyampaikan bahwa proses Belajar akan berjalan dengan baik dan  kreatif  jika  guru  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  menemukan suatu konsep, Teori, aturan, atau pemahaman melalui pola -contoh y ang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika Piaget menyatakan bahwa perkembangan Kognitif sangat besar lengan berkuasa terhadap perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan Kognitif

Menurut Bruner perkembangan Kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang  ditentukan  oleh  caranya  melihat  lingkungan,  yaitu ;  enactive,  iconic,  dan symbolic .  
1) Tahap enaktif, seseorang melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.  
2)  Tahap  ikonik,  seseorang  memahami  obyek-obyek  atau  dunianya  melalui gambar -gambar  dan  visualisasi  verbal.  Maksudnya,  dalam  memahami  dunia sekitarnya  anak  Belajar  melalui  bentuk  perumpamaan  (tampil)  dan perbandingan (komparasi). 
3)   Tahap  simbolik, seseorang  telah  mampu  memiliki  ide-ide  atau  gagasan-gagasan aneh yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan  logika.  Dalam  memahami  dunia  sekitarnya  anak  Belajar  melalui  simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin mayoritas sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pemBelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses Belajar

Menurut  Bruner,  perkembangan  Kognitif  seseorang  dapat  ditingkatkan dengan  cara  menyusun  materi  pelajaran  dan  menyajikannya  sesuai  dengan  tahap perkembangan  orang  tersebut.  Gagasannya  mengenai  kurikulum  spiral (a  spiral curriculum)   sebagai suatu cara  mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukkan  cara  mengurutkan  materi  pelajaran  mulai  dari  mengajarkan  meteri secara  umum,  kemudian  secara  berkala  kembali  mengajarkan  materi  yang  sama dalam  cakupan  yang  lebih  rinci. Pendekatan  penataan  materi  dari  umum  ke  rinci yang  dikemukakannya  dalam  model  kurikulum  spiral  merupakan  bentuk penyesuaian  antara  materi  yang  dipelajari  dengan  tahap  perkembangan  Kognitif orang yang Belajar.  

Demikian juga model pemahaman konsep dari Bruner (dalam Degeng, 1989), menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan pola -contoh  (obyek-obyek  atau  p eristiwa-peristiwa)  ke  dalam  kelas  dengan menggunakan  dasar  kriteria  tertentu.  Dalam  pemahaman  konsep,  konsep -konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep yaitu sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori -kategori baru. Kaprikornus merupakan tindakan inovasi konsep.  

Menurut  Bruner,  kegiatan  mengkategori  memiliki  dua  komponen  yaitu;  1) tindakan  pembentukan  konsep,  dan  2)  tindakan  pemahaman  konsep.  Artinya, langkah pertama yaitu pembentukan konsep, kemudian gres pemahaman konsep.
Perbedaan antara keduanya adalah: 
1)   Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk sikap mengkategori ini berbeda.
2)   Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama. 
3)   Kedua proses mental membutuhkan taktik mengajar yang berbeda. 

Bruner  memandang  bahwa  suatu  konsep  memiliki  5  unsur,  dan  seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi;  
1)   Nama.  
2)   Contoh -contoh baik yang positif maupun yang negatif. 
3)   Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak. 
4)   Rentangan karakteristik  
5)   Kaidah.  


Menurut  Bruner,  pembelajaran  yang  selama  ini  diberikan  di  sekolah  lebih banyak  menekankan  pada  perkembangan  kemampuan  analisis,  kurang mengembangkan  kemampuan  berpikir  intuitif.  Padahal  berpikir  intuitif  sangat penting  bagi  mereka  yang  menggeluti  bidang  matematika,  biologi,  fisika,  dan sebagainya, lantaran setiap disiplin mempunyai konsep -konsep, prinsip, dan mekanisme yang harus dipahami sebelum seseorang sanggup Belajar. Cara yang baik untuk Belajar adalah  memahami  konsep,  arti,  dan  hubungan,  melalui  proses  intuitif  untuk karenanya hingga kepada suatu kesimpulan (discovery learning).   Brunner meyakini bahwa  proses  Belajar  akan  berjalan  dengan  optimal  apabila  siswa  diberikan kesempatan untuk mengungkapkan konsep, Teori, aturan, atau pemahaman melalui pola -contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya sehari -hari. Sebagaimana denah di  atas,  Brunner  meyakini  bahwa  perkembangan bahasa  memiliki  pengaruh  yang signifikan terhadap perkembangan Kognitif anak.  Pemikiran Bruner (Co llin, 2012) yang digambarkan sebagai berikut: 
 lebih mementingkan proses berguru dari pada hasil belajarnya TEORI BELAJAR KOGNITIF

Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
1. Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi rangsang
2.  Peningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realistis
3.     Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain
4.   Interaksi secara sistematis diharapkan antara pembimbing, guru dan anak untuk perkembangan  kognitifnya
5.     Bahasa yaitu kunci perkembangan kognitif
6.  Perkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan bebrapa alternatisf secara simultan, menentukan tindakan yang tepat.
7.  Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.
8.     Enaktif yaitu tahap kalau seseorang melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk emmahami lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
9.     Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi lisan (anak berguru melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
10.  Simbolik yaitu tahap seseorang telah bisa mempunyai ide-ide atau gagasan aneh yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak berguru melalui simbol bahasa, logika, matematika)
11.  Model pemahaman dan inovasi konsep
12.  Cara yang baik untuk berguru yaitu memahami konsep, arti, dan korelasi memlalui proses intuitif untuk karenanya hingga pada kesimpulan (discovery learning)
13.  Siswa diberi kekebasan untuk belajar  sendiri  melalui acara menemukan (discovery)


3. Teori berguru bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, berguru seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan gres merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

Hakikat berguru berdasarkan teori kognitif merupakan suatu acara berguru yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Atau dengan kata lain, berguru merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laris yang sanggup diamati atau diukur. Dengan perkiraan bahwa setiap orang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses berguru akan berjalan dengan baik kalau materi pelajaran atau informasi gres menyesuaikan diri dengan struktur kognitif tang telah dimiliki seseorang.


Teori-Teori  Belajar  yang  ada  selama  ini  masih  banyak  menekankan  pada Belajar asosiatif atau Belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi  siswa.  Belajar  seharusnya  merupakan  asimilasi  yang  bermakna  bagi  siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur Kognitif.  


Struktur Kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur -unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori Kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi  bahwa  perolehan  dan  retensi  pengetahuan  baru  merupakan  fungsi  dari struktur  Kognitif  yang  telah  dimiliki  siswa.  Yang  paling  awal  mengemukakan konsepsi ini yaitu Ausubel.   


Berikut ini klarifikasi lengkap teori berguru Ausubel yang dipaparkan oleh  Budiningsih, C.Asri. (2012) dalam buku Belajar dan Pembelajaran. Terbitan  PT. Rineka Cipta: Jakarta, sebagai berikut:

a) Struktur kognitif
Merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan gres merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

b) Subsumtive sequence
Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inclusif, dan aneh membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkret. Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan aneh yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan sanggup memudahkan perolehan pengetahuan gres yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai subsumtive sequence mengakibatkan berguru lebih bermakna bagi siswa.

c) Advance organizers
Dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi perihal struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan sanggup meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru,  lantaran merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar perihal apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kogntif siswa. Jika ditata dengan baik, advanced organizers akanmemudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarnya.

d) Skemata

Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif menyerupai yang dikemukakan oleh Ausubel tersebut, dikembangkanlah oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang disebut dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau sebagai daerah mengaitkan pengetahuan baru.

Konsepsi  dasar  mengenai  struktur  Kognitif  inilah  yang  dijadikan  landasan teoretik  dalam  mengembangkan  Teori-Teori  pembelajaran.  Beberapa  pemikiran  ke arah  penataan  isi  bidang  studi  atau  materi  pelajaran  sebagai  taktik pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada Teori Kognitif, dikemukakan secara singkat sebagai berikut  (Degeng, 1989): 
a.   Hirarhki Belajar.  
Gagne  menekankan  kajiannya  pada  aspek  penataan  urutan  materi  pelajaran dengan  memunculkan  gagasan  mengenai  prasyarat  Belajar,  yang  dituangkan dalam  suatu  struktur  isi  yang  disebut  hirarhki  Belajar.  Keterkaitan  di  a ntara serpihan -bagian  bidang  studi  yang  dituangkan  dalam  bentuk  prasyarat  Belajar, berarti  bahwa  pengetahuan  tertentu  harus  dikuasai  lebih  dahulu  sebelum pengetahuan yang lain sanggup dipelajari.  
b.   Analisis tugas. 
Cara lain yang digunakan untuk menunjukkan  keterkaitan isi bidang studi yaitu information - processing  approach  to  task  analysis.  Tipe  hubungan  prosedural ini  memerikan  urutan  dalam  menampilkan  kiprah -tugas  Belajar.  Hubungan prosedural  menunjukkan  bahwa  seseorang  sanggup  saja  mempelajari  langkah terahkir dari suatu mekanisme pertama kali, tetapi dalam unjuk kerja ia tidak sanggup mulai dari langkah yang terahkir. 
c.   Subsumptive sequence .  
Ausubel  mengemukakan  gagasannya  mengenai  cara  membuat  urutan  isi pengajaran  yang  dapat  menjadikan  pengajaran  lebih  bermakna  bagi  yang Belajar.  Ia  menggunakan  urutan  umum  ke  rinci  atau subsumptive  sequence sebagai taktik utama untuk mengorganisasi pengajaran. Perolehan Belajar dan retensi  akan  dapat  ditingkatkan  bila  pengetahuan  baru  diasimilasikan  dengan pengetahuan yang sudah ada.  
d.   Kurikulum spiral .  
Gagasan  tentang  kurikulum  spiral  yang  dikemukakan  oleh  Bruner  dilakukan dengan  cara  mengurutkan  pengajaran.  Urutan  pengajaran  dimulai  dengan mengajarkan  isi  pengajaran  secara  umum,  kemudian  secara  berkala  kembali mengajarkan isi yang sama dengan cakupan yang lebih rinci.  
e.   Teori Skema.  
Teori  skema  juga  menggunakan  urutan  umum  ke  rinci.  Teori  ini  memandang bahwa proses Belajar sebagai perolehan pengetahuan gres dalam diri seseorang dengan  cara  mengkaitkannya  dengan  struktur  Kognitif  yang  sudah  ada.  Hasil Belajar sebagai hasil pengorganisasian struktur Kognitif yang baru, merupakan integrasi  antara  pengetahuan  yang  lama  dengan  yang  baru.  Struktur  Kognitif yang  baru  ini  nantinya  akan  menjadi assimilative schema  pada  proses  Belajar berikutnya.  
f.   Webteaching.  
Webteaching yang  dikemukakan  Norman,  merupakan  suatu  prosedur  menata urutan  isi  bidang  studi  yang  dikembangkan  dengan  menampilkan  pentingnya peranan struktur pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang, dan struktur isi  bidang  studi  yang  akan  dip elajari.  Pengetahuan  baru  yang  akan  dipelajari secara  bertahap  harus  diintegrasikan  dengan  struktur  pengetahuan  yang  telah dimilikinya. 
g.   Teori Elaborasi.  

Teori  elaborasi  mengintegrasikan  sejumlah  pengetahuan  tentang  taktik penataan  isi  pelajaran  yang  sudah  ada,  untuk  menciptakan  model  yang komprehensif  tentang  cara  mengorganisasi  pengajaran  pada  tingkat  makro. Teori  ini  mempreskripsikan  cara  pengorganisasian  isi  bidang  studi  dengan mengikuti  urutan  umum  ke  rinci,  dimulai  dengan  menampilkan  epitome (struktur  isi  bidang  studi  yang  dipelajari),  kemudian  mengelaborasi  bagian-bagian yang ada dalam epitome  secara lebih rinci.  

Adapun beberapa prinsip Teori Ausubel adalah
1. Proses berguru akan terjadi kalau seseorang bisa mengasimilasikan pengetahuan yang tlah dimilikinya dengan pengetahuan baru
2.     Proses berguru akan terjadi melalui tahap-tahap  memperhatikan stimulus, memamahi makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami
3.     Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif  (konsep advance organizer)


C. Aplikasi teori berguru kognitif dalam pembelajaran
Teori  Kognitif  menekankan  pada  proses  perkembangan  siswa.  Meskipun proses  perkembangan  siswa  mengikuti  urutan  yang  sama,  namun  kecepatan  dan pertumbuhan dalam proses perkembangan itu berbeda. Dalam proses pembelajaran, perbedaan kecepatan perkembangan menghipnotis kecepatan Belajar siswa, oleh sebab  itu  i nteraksi  dalam  bentuk  diskusi  tidak  dapat  dihindarkan.  Pertukaan gagasan menjadi tanda bagi perkembangan daypikir siswa. Perlu disadari bahwa penalaran  bukanlah  sesuatu  yang  dapat  diajarkan  secara  langsung,  namun perkembangannya sanggup disimulasikan. 

Piaget  memberikan  penekanan  bahwa  setiap  tahap  perkembangan menawarkan kesempatan pada siswa untuk Belajar lebih baik.  Menurut piaget, anak bukanlah orang cukup umur mini, anak tidak mengetahui sebanyak apa yang diketahui oleh orang dewasa, akan tetapi anak meliha t dunia dengan cara yang berbeda dan berinteraksi secara berbeda pula. 

Hakekat  Belajar  menurut  Teori  Kognitif  dijelaskan  sebagai  suatu  aktifitas Belajar  yang  berkaian  dengan  penataan  informasi,  reorganisasi  perseptual,  dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada Teori Belajar Kognitif ini sudah  banyak  digunakan.  Dalam  merumuskan  tujuan  pembelajaran, mengembangkan  strategi  dan  tujuan  pembelajaran,  tidak  lagi  mekanistik sebagaimana  yang  dilakukan  dalam  pendekatan  behavioristik.  Kebebasan  dan keterlibatan  siswa  secara  aktif  dalam  proses  Belajar  amat  diperhitungkan,  supaya Belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip -prinsip sebagai berikut:
1. Siswa  bukan  sebagai  orang  dewasa  yang  muda  dalam  proses  berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan Kognitif melalui tahap -tahap tertentu. 
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan sanggup Belajar dengan baik, terutama kalau menggunakan benda -benda kongkrit.  
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam Belajar amat dip entingkan, lantaran hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan fasilitas pengetahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik. 
4. Untuk  menarik  minat  dan  meningkatkan  retensi  Belajar  perlu  mengkaitkan pengalaman atau informasi gres dengan setruktur Kognitif yang telah dimiliki si Belajar
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat kalau materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. 
6.  Belajar  memahami  akan  lebih  bermakna  dari  pada  Belajar  menghafal. Agar bermakna,  informasi  baru  harus  disesuaikan  dan  dihubungkan  dengan pengetahuan  yang  telah  dimiliki  siswa.  Tugas  guru  adalah  memperlihatkan hubungan  antara  apa  yang  sedang  dipelajari  dengan  apa  yang  telah  diketahui siswa. 
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatiakan, lantaran faktor ini  sangat  mempengaruhi  keberhasilan  Belajar  siswa.  Perbedaan  tersebut contohnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.  

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada serpihan sebel umnya, proses Belajar menurut  Piaget  terjadi  melalui  tahapan  asimilasi,  akomodasi  dan  equilibirasi. Sebagai  contoh  ( www.nblognlife.com)  siswa  yang  telah  memahami  prinsip pengurangan,  ketika  siswa  tersebut  mempelajari  prinsip  pembagian,  maka  terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika siswa tersebut diberikan soal -soal pembagian, maka si tuasi ini disebut akomodasi. Hal ini berarti siswa tersebut sudah sanggup mengaplikasikan atau menggunakan prinsip -prinsip pembagian dalam situasi yang gres dan spesifik.

Dalam  learning  and  teaching  information, dijelaskan  bahwa  Piaget  melihat  transisi perkembangan terjadi  pada  sekitar  18 bulan, 7 tahun dan 11 atau 12 tahun.  Hal ini sanggup diartikan bahwa sebelum usia ini anak -anak  tidak  mampu  (seberapa  cerdaspun  mereka)  untuk  memahami  hal -hal dengan cara -cara tertentu . 

Pada  siswa  yang  berada  di  rentang  perkembangan  preoperasional,  untuk mengaplikasikan  Teori  perkembangan  Piaget  dalam  pembelajaran  di  kelas, University  of  Arkansas   merekomendasikan  enam  tahap  yang  perlu  diperhatikan dalam perkembangan struktur pre-operasional. Enam tahap tersebut:  
1.   Gunakan pola pendukung dan alat-alat visual kalau memungkinkan. 
2.  Buat petunjuk pembelajaran yang tidak terlalu panjang, gunakan lebih banyak pola daripada kata-kata. 
3.  Jangan  berharap  siswa  melihat  dunia  dari  sudut  pandang  orang  lain,  lantaran siswa mempunyai sudut pandnag sendiri.
4. Peka terhadap kemungkinan bahwa siswa mungkin mempunyai pemahaman yang berbeda  terhadap  kata  yang  s ama  atau  pemahaman  yang  sama  terhadap  kata yang  berbeda.  Siswa  juga  seringkali  mengharapkan  orang  dewasa  untuk memahami kata-kata yang mereka ucapkan. 
5. Berikan latihan eksklusif kepada siswa yang berfungsi untuk membantu siswa membangun pemahaman yang lebih kompleks menyerupai pemahaman bacaan.
6. Berikan banyak sekali pengalaman untuk membangun landasan bagi pembelajaran yang lebih kompleks. 

Ketiga tokoh aliran Kognitif di atas secara umum memililiki pandangan yang sama  yaitu  mementingkan  keterlibatan  siswa  secara  akti f  dalam  Belajar.  Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan fasilitas pengetahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik.

Sementara itu, Bruner  lebih  banyak  memberikan  kebebasan  kepada  siswa  untuk  Belajar  sendiri melalui acara menemukan  (discovery).   Cara demiki an akan mengarahkan siswa pada bentuk  Belajar  induktif,  yang  menuntut  banyak  dilakukan  pengulangan.  Hal ini tercermin dari model kurikulum spiral yang   dikemukakannya. Berbeda dengan Bruner,  Ausubel  lebih  mementingkan  strutur  disiplin  ilmu.  Dalam  proses  Belajar lebih  banyak  menekankan  pada  cara  berfikir  deduktif.  Hal  ini  tampak  dari konsepsinya mengenai Advance Organizer sebagai kerangka konseptual perihal isi pelajaran yang akan dipelajari siswa.  


Penerapan  Teori  Kognitif  ini  contohnya  pada  pembelajaran  mandiri,  dimana siswa  dapat  Belajar  sesuai  dengan  tingkat  perkembangannya  sendiri  dan  sesuai dengan kecepatannya sendiri. Sebagaimana yang   disampaikan P i aget (Collin, dkk: 2012)  dalam  Teorinya  bahwa  tujuan  utama  dalam  proses  pembelajaran  yaitu menghasilkan insan yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sesuatu yang baru”.  Selain  model  pembelajaran  mandiri,  model  diskusi  dengan  memfokuskan pada  perkembangan siswa  dan  guru  sebagai  fasilitator  untuk  membantu  siswa berkembang sesuai dengan struktur Kognitif-nya, juga merupakan pola penerapan Teori Kognitif.

Secara singkat berikut ini ringkasan aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran :
1.     Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan
2.     Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi berguru perlu mengaitkan pengetahuan gres dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
3.     Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
4.     Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan lantaran faktor ini sangat menghipnotis keberhasilan belajar.

Aplikasi teori berguru kognitif dalam pembelajaran 


Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran berdasarkan Harahap (2001):
·          Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan
·          Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi berguru perlu mengaitkan pengetahuan gres dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
·          Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
·          Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan lantaran faktor ini sangat menghipnotis keberhasilan belajar.
·          Siswa bukan sebagai orang cukup umur yang gampang dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
·          Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan sanggup berguru dengan baik terutama kalau mendengarkan benda-benda kongrit.
·          Keterlibatan siswa secara aktif dalam berguru amat dipentingkan, lantaran hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan fasilitas pengetahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik.
·          Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi gres dengan struktur kognitif yang telah mempunyai si belajar.
·          Pemahaman dan retensi akan meningkat kalau materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
·          Belajar memahami akan lebih bermakna daripada berguru mneghafal.
·          Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan lantaran faktor ini sangat menghipnotis keberhasilan berguru siswa. Perbedaan tersebut contohnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.






0 Response to "Teori Berguru Kognitif"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel