Teori Berguru Kognitif
2018-08-05
Add Comment
TEORI BELAJAR KOGNITIF
TEORI BELAJAR KOGNITIF |
Berbeda dengan teori behavioristik, teori berguru kognitif lebih mementingkan proses berguru dari pada hasil belajarnya. Teori ini menyampaikan bahwa berguru tidak sekedar melibatkan korelasi antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laris seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya perihal situasi yang berafiliasi dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berafiliasi dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa berguru merupakan suatu proses internal yang meliputi ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan acara yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses Belajar terjadi antara lain meliputi pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur Kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
1. Lebih mementingkan proses berguru daripada hasil
2. DIsebut model perseptual
3. Tingkah laris seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya perihal situasi yang berafiliasi dengan tujuan belajarnya
4. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu sanggup terlihat sebagai tingkah laris yang nampak
5. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.
6. Belajar merupakan suatu proses internal yang meliputi ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
7. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
8. Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan(J. Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki berguru (Gagne), Webteaching (Norman)
9. Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan
10. Materi pelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleks
11. Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, lantaran sangat menghipnotis keberhasilan siswa belajar.
B. Beberapa pandangan perihal teori kognitif (Tokoh Teori berguru kognitif)
1. Teori perkembangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pencetus aliran konstruktivisme. Salah satu proteksi pemikirannya yang banyak digunakan sebagai acuan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori perihal tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang sanggup didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses berguru akan terjadi kalau mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi).
Collin, dkk (2012) menggambarkan pemikiran Piaget sebagai berikut:
Bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya akan berafiliasi dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena gres sebagai pengalaman atau persoalan. Bila seseorang dalam kondisi kini sanggup mengatasi situasi baru, keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus melaksanakan pembiasaan dengan lingkungannya.
Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur Kognitif yang ada sekarang, sementara akomodasi yaitu proses perubahan struktur kog nitif sehingga dapat dipahami. Dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur Kognitif yang telah dipunyainya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur Kognitif yang sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi.
Asimilasi dan fasilitas akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik Kognitif atau suatu ketidak seimbangan antara ap a yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Proses ini akan mempengaruhi strutur Kognitif. Menurut Piaget, proses Belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asi milasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi gres ke dalam struktur Kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur Kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi ada lah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh, seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah sanggup mengaplikasikan atau menggunakan prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang gres dan spesifik.
Agar seseorang sanggup terus membuatkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur Kognitif yang ada dalam dirinya. Proses inilah yang disebut ekuilibrasi. Tanpa proses ekuilibrasi, perkembangan Kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan tidak teratur (disorganized). Hal ini misalnya tampak pada caranya berbicar a yang tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus, tidak logis, dan sebagainya. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat keseimbangan di dalam struktur Kognitif.
Sebagaimana dijelaskan di atas, proses asimilasi dan fasilitas menghipnotis struktur Kognitif. Perubahan struktur Kognitif merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget, proses Belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap -tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak sanggup Belajar sesuatu yang berada di luar tahap Kognitifnya. Piaget membagi tahap -tahap perkembangan Kognitif ini menjadi empat yaitu;
a. Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
1) Melihat dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan obyek di sekitarnya.
2) Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
3) Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
4) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
5) Memperhatikan obyek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b. Tahap preoperasional (umur 2- 7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini yaitu pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur 2- 4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami obyek. Karakteri stik tahap ini adalah:
1) Self counter nya sangat menonjol.
2) Dapat mengklasifikasikan obyek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
3) Tidak bisa memusatkan perhatian pada obyek -obyek yang berbeda.
4) Mampu mengumpulkan barang-barang berdasarkan kriteria, te rmasuk kriteria yang benar.
5) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak sanggup menjelaskan perbedaan antara deretan.
Tahap intuitif (umur 4- 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh lantaran itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang mempunyai pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah:
1) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori obyek, tetapi kurang disadarinya.
2) Anak mulai mengetahui korelasi secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
3) Anak sanggup melaksanakan sesuatu terhadap sejumlah ide.
4) Anak mampu memperoleh prinsip -prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah obyek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah obyek adalah tetap sama meskipun obyek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
c. Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8- 11 atau 12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah mempunyai kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda -benda yang bersifat ko nkrit. Operation yaitu suatu tipe tindakan untuk memanipulasi obyek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba -coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan” dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak bisa menangani sistem klasifikasi.
Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah ( ordering problems ) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip -prinsip yang terkandung di alamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi citra konkrit, sehingga ia bisa menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih mempunyai kasus mengenai berpikir abstrak.
Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, yaitu sebagai berikut:
1. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses gentik. Yaitu suatu perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf
2. Semakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan syarafnya dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya pikir anak yangb berbeda usia akan berbeda secara kualitatif
3. Proses pembiasaan mmepunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu akomidasi dan asimilasi
4. Asimilasi yaitu proses perubahan apa yang di pahami seseuai denganstruktur kognitif. (apabila individu mendapatkan infomasi atau pengalaman gres maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang dipunyai)
5. Akomodasi yaitu proses perubahan struktur kognitif sehingga sanggup dipahami (apabila struktur kognitif yang sudah dimiliki harus diubahsuaikan dengan informasi yang diterima).
6. Proses berguru akan terjadi kalau mengikuti tahap-tahap asimilasi, fasilitas dan ekuilibrasi (penyeimbangan)
7. Asimilasi (proses penyatuan informasi gres ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi)
8. Seorang anak sudah mempunyai prinsip pengurangan, dikala mempelajri pembagianmaka terjadi prses intrgtasi antara pengurangan (telah dikuasai)dan pembagian (info baru) inilah asimilasi.
9. Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya anak sudah sanggup mengaplikasikan atau menggunakan prinsip pembagian dalam situasi baru
10. Proses penyesuaian antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya disebut ekuilibrasi
11. Proses berguru akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya
12. Tahap sensorimotor (0-2 thn), preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-11 thn), operasional formal (12-18 thn)
13. Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal asimilasi dan fasilitas pengatahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran yaitu :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh lantaran itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan berguru lebih baik apabila sanggup menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak supaya sanggup berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan gres tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang supaya anak berguru sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, belum dewasa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
2. Teori berguru berdasarkan Bruner
Jerome Bruner yaitu seorang pengikut setia Teori Kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi Kognitif. Ia menandai perkembangan Kognitif insan sebagai berikut:
a. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
b. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis.
c. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata -kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berafiliasi dengan kepercayaan pada diri sendiri.
d. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang bau tanah dengan anak diharapkan bagi perkembangan Kognitifnya.
e. Bahasa adalah kunci perkemba ngan Kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep -konsep yang ada diharapkan bahasa. Bahasa diharapkan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
f. Perkembangan Kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat, sanggup menawarkan prioritas yang berurutan dalam banyak sekali situasi.
Dalam memandang proses Belajar, Bruner menekankan adanya imbas kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan Teorinya yang disebut free discovery learning, ia menyampaikan bahwa proses Belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, Teori, aturan, atau pemahaman melalui pola -contoh y ang ia jumpai dalam kehidupannya. Jika Piaget menyatakan bahwa perkembangan Kognitif sangat besar lengan berkuasa terhadap perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan Kognitif.
Menurut Bruner perkembangan Kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu ; enactive, iconic, dan symbolic .
1) Tahap enaktif, seseorang melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2) Tahap ikonik, seseorang memahami obyek-obyek atau dunianya melalui gambar -gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak Belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3) Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan aneh yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak Belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin mayoritas sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pemBelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses Belajar.
Menurut Bruner, perkembangan Kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan meteri secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. Pendekatan penataan materi dari umum ke rinci yang dikemukakannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan Kognitif orang yang Belajar.
Demikian juga model pemahaman konsep dari Bruner (dalam Degeng, 1989), menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan pola -contoh (obyek-obyek atau p eristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu. Dalam pemahaman konsep, konsep -konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep yaitu sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori -kategori baru. Kaprikornus merupakan tindakan inovasi konsep.
Menurut Bruner, kegiatan mengkategori memiliki dua komponen yaitu; 1) tindakan pembentukan konsep, dan 2) tindakan pemahaman konsep. Artinya, langkah pertama yaitu pembentukan konsep, kemudian gres pemahaman konsep.
Perbedaan antara keduanya adalah:
1) Tujuan dan tekanan dari kedua bentuk sikap mengkategori ini berbeda.
2) Langkah-langkah dari kedua proses berpikir tidak sama.
3) Kedua proses mental membutuhkan taktik mengajar yang berbeda.
Bruner memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi;
1) Nama.
2) Contoh -contoh baik yang positif maupun yang negatif.
3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak.
4) Rentangan karakteristik
5) Kaidah.
Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan sebagainya, lantaran setiap disiplin mempunyai konsep -konsep, prinsip, dan mekanisme yang harus dipahami sebelum seseorang sanggup Belajar. Cara yang baik untuk Belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk karenanya hingga kepada suatu kesimpulan (discovery learning). Brunner meyakini bahwa proses Belajar akan berjalan dengan optimal apabila siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan konsep, Teori, aturan, atau pemahaman melalui pola -contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya sehari -hari. Sebagaimana denah di atas, Brunner meyakini bahwa perkembangan bahasa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan Kognitif anak. Pemikiran Bruner (Co llin, 2012) yang digambarkan sebagai berikut:
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
1. Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi rangsang
2. Peningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realistis
3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain
4. Interaksi secara sistematis diharapkan antara pembimbing, guru dan anak untuk perkembangan kognitifnya
5. Bahasa yaitu kunci perkembangan kognitif
6. Perkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan bebrapa alternatisf secara simultan, menentukan tindakan yang tepat.
7. Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.
8. Enaktif yaitu tahap kalau seseorang melaksanakan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk emmahami lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
9. Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi lisan (anak berguru melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
10. Simbolik yaitu tahap seseorang telah bisa mempunyai ide-ide atau gagasan aneh yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak berguru melalui simbol bahasa, logika, matematika)
11. Model pemahaman dan inovasi konsep
12. Cara yang baik untuk berguru yaitu memahami konsep, arti, dan korelasi memlalui proses intuitif untuk karenanya hingga pada kesimpulan (discovery learning)
13. Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui acara menemukan (discovery)
3. Teori berguru bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, berguru seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan gres merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Hakikat berguru berdasarkan teori kognitif merupakan suatu acara berguru yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Atau dengan kata lain, berguru merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laris yang sanggup diamati atau diukur. Dengan perkiraan bahwa setiap orang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses berguru akan berjalan dengan baik kalau materi pelajaran atau informasi gres menyesuaikan diri dengan struktur kognitif tang telah dimiliki seseorang.
Teori-Teori Belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan pada Belajar asosiatif atau Belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur Kognitif.
Struktur Kognitif merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur -unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori Kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur Kognitif yang telah dimiliki siswa. Yang paling awal mengemukakan konsepsi ini yaitu Ausubel.
Berikut ini klarifikasi lengkap teori berguru Ausubel yang dipaparkan oleh Budiningsih, C.Asri. (2012) dalam buku Belajar dan Pembelajaran. Terbitan PT. Rineka Cipta: Jakarta, sebagai berikut:
a) Struktur kognitif
Merupakan struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan gres merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
b) Subsumtive sequence
Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inclusif, dan aneh membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkret. Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dan aneh yang diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan sanggup memudahkan perolehan pengetahuan gres yang lebih rinci. Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai subsumtive sequence mengakibatkan berguru lebih bermakna bagi siswa.
c) Advance organizers
Dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi perihal struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan sanggup meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, lantaran merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar perihal apa yang dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kogntif siswa. Jika ditata dengan baik, advanced organizers akanmemudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarnya.
d) Skemata
Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif menyerupai yang dikemukakan oleh Ausubel tersebut, dikembangkanlah oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang disebut dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata berfungsi untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau sebagai daerah mengaitkan pengetahuan baru.
Konsepsi dasar mengenai struktur Kognitif inilah yang dijadikan landasan teoretik dalam mengembangkan Teori-Teori pembelajaran. Beberapa pemikiran ke arah penataan isi bidang studi atau materi pelajaran sebagai taktik pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada Teori Kognitif, dikemukakan secara singkat sebagai berikut (Degeng, 1989):
a. Hirarhki Belajar.
Gagne menekankan kajiannya pada aspek penataan urutan materi pelajaran dengan memunculkan gagasan mengenai prasyarat Belajar, yang dituangkan dalam suatu struktur isi yang disebut hirarhki Belajar. Keterkaitan di a ntara serpihan -bagian bidang studi yang dituangkan dalam bentuk prasyarat Belajar, berarti bahwa pengetahuan tertentu harus dikuasai lebih dahulu sebelum pengetahuan yang lain sanggup dipelajari.
b. Analisis tugas.
Cara lain yang digunakan untuk menunjukkan keterkaitan isi bidang studi yaitu information - processing approach to task analysis. Tipe hubungan prosedural ini memerikan urutan dalam menampilkan kiprah -tugas Belajar. Hubungan prosedural menunjukkan bahwa seseorang sanggup saja mempelajari langkah terahkir dari suatu mekanisme pertama kali, tetapi dalam unjuk kerja ia tidak sanggup mulai dari langkah yang terahkir.
c. Subsumptive sequence .
Ausubel mengemukakan gagasannya mengenai cara membuat urutan isi pengajaran yang dapat menjadikan pengajaran lebih bermakna bagi yang Belajar. Ia menggunakan urutan umum ke rinci atau subsumptive sequence sebagai taktik utama untuk mengorganisasi pengajaran. Perolehan Belajar dan retensi akan dapat ditingkatkan bila pengetahuan baru diasimilasikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
d. Kurikulum spiral .
Gagasan tentang kurikulum spiral yang dikemukakan oleh Bruner dilakukan dengan cara mengurutkan pengajaran. Urutan pengajaran dimulai dengan mengajarkan isi pengajaran secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan isi yang sama dengan cakupan yang lebih rinci.
e. Teori Skema.
Teori skema juga menggunakan urutan umum ke rinci. Teori ini memandang bahwa proses Belajar sebagai perolehan pengetahuan gres dalam diri seseorang dengan cara mengkaitkannya dengan struktur Kognitif yang sudah ada. Hasil Belajar sebagai hasil pengorganisasian struktur Kognitif yang baru, merupakan integrasi antara pengetahuan yang lama dengan yang baru. Struktur Kognitif yang baru ini nantinya akan menjadi assimilative schema pada proses Belajar berikutnya.
f. Webteaching.
Webteaching yang dikemukakan Norman, merupakan suatu prosedur menata urutan isi bidang studi yang dikembangkan dengan menampilkan pentingnya peranan struktur pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang, dan struktur isi bidang studi yang akan dip elajari. Pengetahuan baru yang akan dipelajari secara bertahap harus diintegrasikan dengan struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
g. Teori Elaborasi.
Teori elaborasi mengintegrasikan sejumlah pengetahuan tentang taktik penataan isi pelajaran yang sudah ada, untuk menciptakan model yang komprehensif tentang cara mengorganisasi pengajaran pada tingkat makro. Teori ini mempreskripsikan cara pengorganisasian isi bidang studi dengan mengikuti urutan umum ke rinci, dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari), kemudian mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci.
Adapun beberapa prinsip Teori Ausubel adalah
1. Proses berguru akan terjadi kalau seseorang bisa mengasimilasikan pengetahuan yang tlah dimilikinya dengan pengetahuan baru
2. Proses berguru akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memamahi makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami
3. Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif (konsep advance organizer)
C. Aplikasi teori berguru kognitif dalam pembelajaran
Secara singkat berikut ini ringkasan aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran :
Teori Kognitif menekankan pada proses perkembangan siswa. Meskipun proses perkembangan siswa mengikuti urutan yang sama, namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses perkembangan itu berbeda. Dalam proses pembelajaran, perbedaan kecepatan perkembangan menghipnotis kecepatan Belajar siswa, oleh sebab itu i nteraksi dalam bentuk diskusi tidak dapat dihindarkan. Pertukaan gagasan menjadi tanda bagi perkembangan daypikir siswa. Perlu disadari bahwa penalaran bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan secara langsung, namun perkembangannya sanggup disimulasikan.
Piaget memberikan penekanan bahwa setiap tahap perkembangan menawarkan kesempatan pada siswa untuk Belajar lebih baik. Menurut piaget, anak bukanlah orang cukup umur mini, anak tidak mengetahui sebanyak apa yang diketahui oleh orang dewasa, akan tetapi anak meliha t dunia dengan cara yang berbeda dan berinteraksi secara berbeda pula.
Hakekat Belajar menurut Teori Kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas Belajar yang berkaian dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada Teori Belajar Kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses Belajar amat diperhitungkan, supaya Belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip -prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan Kognitif melalui tahap -tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan sanggup Belajar dengan baik, terutama kalau menggunakan benda -benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam Belajar amat dip entingkan, lantaran hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan fasilitas pengetahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi Belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi gres dengan setruktur Kognitif yang telah dimiliki si Belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat kalau materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada Belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah memperlihatkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatiakan, lantaran faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan Belajar siswa. Perbedaan tersebut contohnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada serpihan sebel umnya, proses Belajar menurut Piaget terjadi melalui tahapan asimilasi, akomodasi dan equilibirasi. Sebagai contoh ( www.nblognlife.com) siswa yang telah memahami prinsip pengurangan, ketika siswa tersebut mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika siswa tersebut diberikan soal -soal pembagian, maka si tuasi ini disebut akomodasi. Hal ini berarti siswa tersebut sudah sanggup mengaplikasikan atau menggunakan prinsip -prinsip pembagian dalam situasi yang gres dan spesifik.
Dalam learning and teaching information, dijelaskan bahwa Piaget melihat transisi perkembangan terjadi pada sekitar 18 bulan, 7 tahun dan 11 atau 12 tahun. Hal ini sanggup diartikan bahwa sebelum usia ini anak -anak tidak mampu (seberapa cerdaspun mereka) untuk memahami hal -hal dengan cara -cara tertentu .
Pada siswa yang berada di rentang perkembangan preoperasional, untuk mengaplikasikan Teori perkembangan Piaget dalam pembelajaran di kelas, University of Arkansas merekomendasikan enam tahap yang perlu diperhatikan dalam perkembangan struktur pre-operasional. Enam tahap tersebut:
1. Gunakan pola pendukung dan alat-alat visual kalau memungkinkan.
2. Buat petunjuk pembelajaran yang tidak terlalu panjang, gunakan lebih banyak pola daripada kata-kata.
3. Jangan berharap siswa melihat dunia dari sudut pandang orang lain, lantaran siswa mempunyai sudut pandnag sendiri.
4. Peka terhadap kemungkinan bahwa siswa mungkin mempunyai pemahaman yang berbeda terhadap kata yang s ama atau pemahaman yang sama terhadap kata yang berbeda. Siswa juga seringkali mengharapkan orang dewasa untuk memahami kata-kata yang mereka ucapkan.
5. Berikan latihan eksklusif kepada siswa yang berfungsi untuk membantu siswa membangun pemahaman yang lebih kompleks menyerupai pemahaman bacaan.
6. Berikan banyak sekali pengalaman untuk membangun landasan bagi pembelajaran yang lebih kompleks.
Ketiga tokoh aliran Kognitif di atas secara umum memililiki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara akti f dalam Belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan fasilitas pengetahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik.
Sementara itu, Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk Belajar sendiri melalui acara menemukan (discovery). Cara demiki an akan mengarahkan siswa pada bentuk Belajar induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan. Hal ini tercermin dari model kurikulum spiral yang dikemukakannya. Berbeda dengan Bruner, Ausubel lebih mementingkan strutur disiplin ilmu. Dalam proses Belajar lebih banyak menekankan pada cara berfikir deduktif. Hal ini tampak dari konsepsinya mengenai Advance Organizer sebagai kerangka konseptual perihal isi pelajaran yang akan dipelajari siswa.
Penerapan Teori Kognitif ini contohnya pada pembelajaran mandiri, dimana siswa dapat Belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya sendiri dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. Sebagaimana yang disampaikan P i aget (Collin, dkk: 2012) dalam Teorinya bahwa tujuan utama dalam proses pembelajaran yaitu menghasilkan insan yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sesuatu yang baru”. Selain model pembelajaran mandiri, model diskusi dengan memfokuskan pada perkembangan siswa dan guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa berkembang sesuai dengan struktur Kognitif-nya, juga merupakan pola penerapan Teori Kognitif.
1. Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan
2. Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi berguru perlu mengaitkan pengetahuan gres dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
3. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
4. Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan lantaran faktor ini sangat menghipnotis keberhasilan belajar.
Aplikasi teori berguru kognitif dalam pembelajaran |
Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran berdasarkan Harahap (2001):
· Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan
· Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi berguru perlu mengaitkan pengetahuan gres dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
· Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.
· Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan lantaran faktor ini sangat menghipnotis keberhasilan belajar.
· Siswa bukan sebagai orang cukup umur yang gampang dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
· Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan sanggup berguru dengan baik terutama kalau mendengarkan benda-benda kongrit.
· Keterlibatan siswa secara aktif dalam berguru amat dipentingkan, lantaran hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan fasilitas pengetahuan dan pengalaman sanggup terjadi dengan baik.
· Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi gres dengan struktur kognitif yang telah mempunyai si belajar.
· Pemahaman dan retensi akan meningkat kalau materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
· Belajar memahami akan lebih bermakna daripada berguru mneghafal.
· Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan lantaran faktor ini sangat menghipnotis keberhasilan berguru siswa. Perbedaan tersebut contohnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
0 Response to "Teori Berguru Kognitif"
Post a Comment